Ketika Lelaki Curhat tentang Cinta
Wednesday, January 18, 2017
Kadang teman-teman lelaki saya
curhat tentang hubungan cinta. Bagi mereka, perempuan itu agak membingungkan. Suatu
saat begitu manis dan perhatian. Namun tiba-tiba berubah sensitif dan mudah
marah. Kadang mengejar, kadang ingin dikejar, kadang lenyap tanpa alasan. Banyak teman yang
pusing
menebak-nebak. Maka mereka curhat pada saya. Seperti apa sih lelaki saat
curhat? Macam-macam. Ada yang bicara seadanya dan tepat sasaran. Ada yang
bercerita lengkap mulai dari perkenalan, pendekatan, pacaran, putus, balikan,
lalu putus lagi—panjang pokoknya. Bahkan ada yang memperlihatkan foto sang
perempuan. Tak lupa media sosial dan screenshoot
pembicaraan mereka di ponsel. Komplit! Ternyata, curhatan lelaki tak kalah
dari perempuan.
Photo by Priscilla Du Preez 🇨🇦 on Unsplash |
Salah satu
teman saya—sebut saja Latif—curhat saat mendekati seorang perempuan macho. Suara
si perempuan memang agak berat. Sehari-hari terkesan kuat dan mandiri. Dia
berbicara dengan tegas dan sepertinya tak segan-segan berkonfrontasi. Sedangkan
teman saya kebalikannya: sensitif dan mudah galau. Sebenarnya fisiknya kuat,
tapi entah kenapa auranya terkesan lemah. Nah, Latif takut kalah macho dari dari perempuan
impiannya. Dia pun berusaha tampil lebih keren—memberat-beratkan suara,
bersikap gentleman, dan berusaha sok kuat di segala situasi.
Saya agak khawatir dengan cara
Latif melakukan pendekatan. Seolah dia memaksakan
diri. Lantas saya berkata padanya, “Oke, kamu memang terlihat keren. Tapi yang kamu
perlihatkan ke dia bukan dirimu yang sebenarnya. Bukan berarti kamu nggak
keren, tapi kamu punya kelebihan lain yang bisa ditonjolkan. Kalau aku sih suka
sama kelembutan hatimu. Kamu perhatian dan bisa membuat perempuan-perempuan
merasa nyaman. Kenapa nggak manfaatkan itu buat mendekati dia?”
Di kesempatan lain, ada teman
lagi yang meminta saran, sebut saja Dion. Dia mendekati seorang perempuan
yang baik hati dan manis. Sayang banyak orang berpikiran sama. Perempuan ini
sangat populer, bahkan didekati beberapa lelaki sekaligus. Namun tampaknya paling
tertarik pada teman saya itu. Mereka pun jadian. Walau begitu, Dion tetap merasa tak aman. Dia
takut kalau sang pacar membuka hatinya pada orang lain. Maka dia mengecek pesan-pesan
yang masuk untuk pacarnya. Juga berusaha menunjukkan dominasinya di depan para lelaki.
Saya hanya geleng-geleng
kepala melihat kelakuan Dion. Dengan prihatin saya berkata, “Kasihan tuh pacarmu. Kalau aku jadi dia, pasti
rasanya sedih karena seolah nggak dipercaya sama kamu. Inti dari pacaran kan
saling percaya. Kamu perlu memberi dia ruang gerak. Pasti dia juga nggak nyaman
kalau dipantau terus-terusan. Memang sih kalian pacaran, tapi juga berhak menikmati
hidup sendiri. Kalau dia beneran sayang—sebanyak apa pun lelaki yang mendekati—dia
bakal tetap pilih kamu.”
Lain lagi
dengan kisah Nino. Hubungan dengan pacarnya sudah di ujung tanduk. Dari luar,
tampaknya mereka berdua baik-baik saja. Namun Nino punya banyak ganjalan. Walau
pacarnya seumuran, ternyata sifatnya jauh lebih kekanak-kanakan. Cenderung
manja dan tak peka. Padahal Nino adalah tipe orang yang gemar blusukan. Cerdas, kritis, dan suka
tantangan. Dia merasa kalau pacarnya menghambat perkembangan. Nino ingin putus,
tapi tak tega kalau melakukan begitu saja. Sebab sang pacar sangat bergantung
padanya. Bisa hancur nanti kalau ditinggal.
Saya hanya
menghela napas dalam. Dengan berat berkata, “Hubungan yang didasari rasa
kasihan nggak akan bertahan lama. Sampai kapan mau begitu? Kamu hanya menyiksa
diri sendiri. Nggak bagus juga buat pacarmu. Kalau memang harus, putuskan saja.
Tapi dengan baik-baik. Perlahan. Mungkin kamu bisa melatih mentalnya dulu. Jadi
saat ditinggal, dia nggak akan terpuruk. Perempuan itu kuat kok. Patah hati
justru membuat kami lebih dewasa.”
Itulah sebagian curhat dari lelaki. Saat bercerita, mereka cenderung fokus pada solusi. Bagaimana kalau yang curhat perempuan? Dijamin lebih seru dan panjang. Kalau ada dua perempuan atau lebih curhat tentang cinta, dijamin bisa makan waktu berjam-jam. Dimulai dengan membahas perkembangan terakhir dengan si lelaki, respons yang dia berikan, penampilannya, kelebihannya, kekurangannya, keluarganya, cita-citanya, prospek masa depan, dan banyak lagi. Sebagian perempuan memang suka mengobrol tentang ini. Jadi, wahai para lelaki, berhatilah-hatilah saat mendekati seorang perempuan. Dijamin teman-teman terdekatnya tahu segala hal tentangmu.
Itulah sebagian curhat dari lelaki. Saat bercerita, mereka cenderung fokus pada solusi. Bagaimana kalau yang curhat perempuan? Dijamin lebih seru dan panjang. Kalau ada dua perempuan atau lebih curhat tentang cinta, dijamin bisa makan waktu berjam-jam. Dimulai dengan membahas perkembangan terakhir dengan si lelaki, respons yang dia berikan, penampilannya, kelebihannya, kekurangannya, keluarganya, cita-citanya, prospek masa depan, dan banyak lagi. Sebagian perempuan memang suka mengobrol tentang ini. Jadi, wahai para lelaki, berhatilah-hatilah saat mendekati seorang perempuan. Dijamin teman-teman terdekatnya tahu segala hal tentangmu.
0 comments