Mengendalikan Mimpi Saat Tidur
Sunday, January 22, 2017
Seringkali kita tidur dan bermimpi.
Apa saja bisa terjadi dalam mimpi—dari yang paling wajar sampai yang luar
biasa. Sebetulnya apa arti di baliknya? Apakah mimpi adalah cerminan
kegelisahan? Atau pertanda akan sesuatu? Tak ada yang tahu. Mimpi memang selalu
menyimpan misteri. Karena itulah menarik untuk ditelaah. Bahkan teman saya,
Halvin, pernah membuat jurnal mimpi. Dia tak mencatatnya dalam bentuk
kata-kata, melainkan menggambarnya. Dulu Halvin memperlihatkan sejumlah gambarnya
pada saya. Disertai rangkaian penjelasan dan dugaan. Kami berusaha menemukan
pola dalam mimpi-mimpi itu. Namun tetap saja, semua terasa acak. Tak
terpetakan.
Photo by kevin laminto on Unsplash |
Bisakah kita mengubah mimpi-mimpi
yang acak jadi teratur? Dengan kata lain, mengendalikannya? Ternyata bisa. Seperti
Leonardo DiCaprio dalam film Inception,
kita pun dapat mengontrol mimpi. Kondisi itu disebut lucid dream. Jadi tetap sadar sekalipun sedang terlelap. Lantas
bisa berbuat sesukanya—entah terbang, bertemu artis, sampai pergi ke negara
yang jauh. Sejumlah teman saya berhasil melakukan itu. Lucunya, ada seorang
teman yang menggunakan kemampuannya untuk belajar dobel. Dia belajar saat
terjaga. Lalu saat tidur, dia belajar lagi dalam mimpi. Tak heran orangnya
pandai. Enak ya? Memang. Namun ada efek sampingnya, yaitu kelelahan dan
kecanduan. Apa bisa mati juga? Tidak. Seperti apa pun mimpinya, manusia akan
terbangun kalau sudah saatnya bangun. Sebab punya jam biologis.
Saya sendiri pernah mencoba lucid dream. Tak perlu punya kemampuan
supranatural atau semacamnya. Cukup ikuti petunjuk dari internet. Lucid dream adalah kondisi yang ilmiah,
jadi bisa dipelajari dengan logis. Kita bisa melakukannya kalau
sungguh-sungguh. Pertama, cobalah tidur dengan kondisi serileks mungkin. Kalau
bisa kenakan pakaian yang nyaman dan longgar. Kedua, atur pernapasan dan konsentrasi.
Bisa dengan tarik napas lima hitungan, tahan lima hitungan, lalu embuskan lima
hitungan juga. Lakukan berkali-kali dengan santai. Usahakan tak banyak
bergerak. Jaga agar pikiran tetap sadar. Saat berada di fase ini, kadang saya
merasa kesemutan entah di tangan atau kaki.
Kalau berhasil, kita akan lanjut ke
langkah ketiga, yaitu sleep paralysis.
Disebut juga tindihan. Mungkin kamu pernah mengalaminya. Terbangun, sadar, tapi
tak bisa bergerak. Orang-orang mengira ditindih setan. Padahal tidak—kondisi
itu terjadi karena tubuh sudah tidur sedangkan pikiran masih bangun. Jadi tidak
sinkron. Halusinasi bisa terjadi dalam fase ini. Saya pernah melihat serangga
raksasa yang terbang di samping saya, diiringi bunyi mendengung tanpa henti.
Pernah juga mendengar bunyi palu besi yang dipukul berdentang-dentang. Rasanya memang
agak menyeramkan. Tapi bertahanlah, lucid
dream tinggal sedikit lagi.
Fase selanjutnya adalah black out. Rasanya seperti mati lampu.
Semua hitam, tak ada suara, tak ada yang dirasakan. Lalu pelan-pelan muncul
sensasi tertentu. Entah berupa penglihatan atau suara. Kalau sudah mencapai
kondisi ini, selamat! Kamu berhasil melakukan lucid dream! Saatnya menjelajah dunia mimpi. Terserah mau melakukan
apa pun. Terbang di atas samudra? Bisa. Bertemu artis Korea yang superganteng?
Bisa juga. Tak ada yang mustahil. Namun, jangan sampai mengeluarkan emosi yang
berlebih—seperti terlalu takut, terlalu senang, atau terlalu tegang. Sebab itu akan
membuat kita terbangun.
Kelihatannya tahap-tahap lucid dream memang mudah. Namun, praktiknya
cukup sulit. Saya sendiri butuh waktu dua hingga tiga minggu untuk berhasil.
Seringnya berhenti di fase sleep
paralysis. Kondisi itu membuat saya tak nyaman, jadi tanpa sadar berusaha
bangun lagi. Namun suatu malam akhirnya bisa melewatinya. Berlanjut pada black out. Lantas muncul cahaya putih
yang menyebar. Saat itu saya sadar kalau sedang bermimpi. Untuk mengetesnya,
saya mencoba memanggil orang. Satu per satu mereka muncul. Berbentuk bayangan
hitam, samar dan seperti melayang. Agak seram juga sebetulnya. Setelah itu,
saya tak mencoba lagi.
Bagaimana denganmu? Tertarik untuk
mencobanya? Silakan saja. Namun berhati-hatilah. Lakukan sesuai kemampuan.
Kalau memang tidak kuat, tak perlu dilanjutkan. Lalu bagaimana kalau berhasil?
Tetaplah berhati-hati. Jangan terlena pada mimpi. Lucid dream memang bisa jadi sarana hiburan dan penyembuhan. Tapi seindah
apa pun suatu mimpi, itu hanyalah bunga tidur. Bukan kenyataan. Jangan lupa pada kehidupan yang sebenarnya.
0 comments